IQNA

Rahmatullah Nuri, pendiri dan pengurus dewan Ansar al-Mahdi Austria saat wawancara dengan IQNA mengatakan, saya telah berada di Austria selama tiga tahun dan mendirikan dewan di bulan Muharram tahun 2015, dan motif pendiriannya adalah bahwa komunitas Syiah di Austria akan berada di bawah satu panji, tidak ada perbedaan apakah mereka Afghanistan, Iran, hitam atau putih, yang terpenting adalah semua berada di bawah satu panji.

“Saat ini kami memiliki hubungan dengan dewan edukasi qiraat Alquran, hukum dan program-program peringatan, dan edukasi qiraat Alquran diadakan setiap pekan pada hari Jumat untuk remaja dan pemuda,” imbuhnya.

Nuri mengungkapkan, “Kami telah memulai kelas edukasi Alquran selama hampir tujuh bulan, dan kami memiliki 32 siswa, tetapi kami belum menyelenggarakan musabaqoh Alquran."

Dewan tanpa Pelindung

Terkait kondisi dukungan terhadap dewan Ansar al-Mahdi, Nuri mengatakan, dewan ini tidak berafiliasi dengan organisasi mana pun, dan bahkan kami juga tidak memiliki lokasi khusus pada saat pendirian, dan satu orang memberi sebuah tempat ke dewan guna penyelenggaraan acara-acara, yang memiliki masalah sendiri, dan pada prinsipnya, dewan ini tidak memiliki pelindung.

"Tidak hanya sebagian muslim Austria tidak menerima dengan baik acara-acara dewan, bahkan mereka juga melempari batu, dan meskipun kelas kami gratis, namun para orang tua muslim tidak menyambutnya dengan baik," ucap Nuri.

Dia menambahkan, selain menyediakan layanan pendidikan gratis untuk layanan transportasi bagi siswa, kami mengagendakan akan mengatarkan siswa ke rumah masing-masing setelah selesai kelas, namun para keluarga muslim tidak terlalu mengapresiasi anak-anak mereka untuk menghadiri kelas-kelas ini.

“Islam sangat aneh di kalangan muslim di Austria, dan bahkan para ulama muslim di negara ini juga tidak tertarik untuk mendakwahkan Islam,” tegasnya.

Pentingnya Dewan Ansar al-Mahdi di Austria

Nuri mengatakan, sebelumnya terdapat sebuah dewan bernama Ali Akbar (as) di markas Imam Ali (as) di Wina, yang dikelola secara keluarga, yang pada akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan sebuah dewan milik semua etnis, ras dan masyarakat umum.

Dia menambahkan, dewan memulai kinerjanya dengan dihadiri oleh tiga empat orang, tetapi sekarang di pertemunan setiap pekan dihadiri oleh 100 - 150 orang, yang sebagian besar adalah para remaja. Namun dalam acara munasabah, jumlah partisipan sekitar 400-500 orang.

"Sayangnya, para lansia tidak memperhatikan masa depan spiritual para remaja mereka, sampai mereka memiliki masalah, namun cara yang benar adalah mengenalkan mereka dengan dewan keagamaan sedari kecil," tegasnya.

Dia menyarankan agar keluarga muslim mengirim anak-anak mereka ke dewan keagamaan.

http://iqna.ir/fa/news/3703195