IQNA

Narasi Surat Kabar Perancis tentang Penuturan Nama Sayidah Maryam (Sa) dalam Al-Quran

18:29 - April 04, 2016
Berita ID: 3470280
PERANCIS (IQNA) - Surat kabar Perancis Le Figaro dalam sebuah laporan menulis, nama Sayidah Maryam (Sa) lebih banyak disebut dalam Al-Quran sebagai kitab suci muslim ketimbang kitab Injil dan wanita agung ini merupakan jembatan penghubung untuk mengintegrasikan antara umat Kristen dan Islam.

Menurut laproan IQNA, seperti dikutip dari Al-Islam al-Youm, surat kabar ini ini, Sabtu (2/4) dalam sebuah laporan mengulas pemuliaan Sayidah Maryam, ibunda nabi Isa (As) oleh kaum muslimin dan menulis, wanita agung di dua agama ini (Kristen dan Islam) dikenal sebagai seorang wanita tauladan dan panutan.

Lebih lanjut, surat kabar Perancis ini menulis, Maryam dalam Bahasa Arab atau Maria dalam Bahasa Eropa memiliki kedudukan dan posisi agung dalam agama Islam dan nama beliau dituturkan sebanyak 34 kali dalam Al-Quran, yang lebih banyak dituturkan ketimbang dalam kitab Perjanjian Baru (Injil), demikian juga dikhususkan nama surat kesembilan belas dengan nama Maryam (Sa).

Morris Berman, sejarawan, Islamolog Perancis dan eks peneliti lembaga studi Arab – Islam dalam hal ini mengatakan, Sayidah Maryam (Sa) sejak masa pengutusan nabi Islam sudah dikenal di kalangan umat Islam, sementara cerita wanita agung ini dengan semua perinciannya dari aspek mendapatkan berita gembira dari Allah yaitu kehamilannya, kemudian kelahiran putranya di bawah pohon kurma di padang pasir dan memperlihatkannya kepada seluruh masyarakat dan demikian juga jawaban nabi Isa (As) atas tuduhan-tuduhan untuk Sayidah Maryam saat bayi sudah dituturkan dalam Al-Quran.

"Tidak ada satu wanitapun dalam Al-Quran yang memiliki kedudukan agung seperti Sayidah Maryam (Sa),” imbuhnya.

Lebih lanjut, surat kabar Perancis ini menulis, Islam mengkritik tajam tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh kelompok Yahudi kepada Sayidah Maryam (Sa) dan menjawab klaim-klaim mereka yang menuhankan nabi Isa (As).

Milack Shebl, pengajar ilmu antar agama juga mengatakan, Sayidah Maryam tidak dikenal sebagai ibu Tuhan dan dalam perspektif Islam, nabi Isa (As) adalah seorang nabi, yang memiliki kedudukan agung nan tinggi, namun bukan Tuhan.

Surat kabar ini menambahkan, Al-Quran ketika menyebut nama nabi Isa (As) menegaskan masalah ketidaktuhanannya, namun seorang nabi, yang mengajak masyarakat untuk menyembah Tuhan mereka.

Surat kabar tersebut menegaskan, meski dengan adanya semua perselisihan yang ada, Sayidah Maryam (Sa) tetap menjadi sebuah jembatan penting untuk integrasi antara umat Kristen dan Islam dan beliau selama menjadi tauladan kesucian untuk semua manusia di atas muka bumi dan tauladan banyak kebaikan untuk ketaatan terhadap kehendak Tuhan, maka dapat menjadi sebuah unsur rekonsiliasi dan perdamaian.

Surat kabar ini dalam laporan tersebut mengingatkan ucapan Louis Massignon (1962-1883), Orientalis dan Islamolog Perancis yang berkeyakinan, istilah Maryam al-Adzra adalah ungkapan yang sangat bagus, dimana Islam menggunakannya dengan makna pertamanya yakni khusyu’ di hadapan kehendak Ilahi.

Surat kabar ini mengakhiri laporannya dengan ucapan Gerard Testard, cendekiawan Perancis urusan antar agama yang menganggap Sayidah Maryam (As) sebagai tauladan dan panutan riil iman dan kesetiaan yang dapat menjadi sebuah solusi terbuka untuk saling kerjasama guna merealisasikan perdamaian dan menjauhi kebencian dan kekerasan.

http://iqna.ir/fa/news/3485453

Kunci-kunci: perancis
captcha